Habib NU, Habib Syiah dan Habib FPI: Relasi Kuasa Jalinan Kultural Diaspora Arab dalam Membentuk Konstruksi Sosial Keagamaan di Indonesia
Keywords:
Habib, Relasi Kuasa, Konstruksi Sosial KeagamaanSynopsis
Pelabelan nama Habaib bagi seseorang yang dianggap keturunan Rasulullah s.a.w. oleh sebagian masyarakat muslim Indonesia membentuk relasi kuasa-pengetahuan dan konstruksi sosial sehingga apapun yang dikatakan oleh seorang Habib adalah 'kebenaran agama' karena ia merupakan ahlul bait yang suci dan ma'sum. Relasi pengetahuan ahlul bait ini akan terus diproduksi, dibentuk, disemaikan dan dilestarikan menjadi sebuah sistem kekuasaan dalam suatu masyarakat sehingga masyarakat dapat mudah 'dieksploitasi' untuk menerima sistem kekuasaan tersebut dengan ikhlas dan mengharapkan ridha Allah serta “tabarrukan” kepada zurriyah Rasulullah s.a.w. yang bergelar Habib.
Fokus pembahasan buku referensi ini adalah 3 Habib yang bermatra pada ormas NU, Syiah dan FPI di Pekalongan. Kegelisahan akademik yang dibahas dalam buku referensi ini adalah Bagaimana Pola Relasi Kuasa yang dibangun oleh Jalinan Kultural Diaspora Arab dalam membentuk konstruksi sosial keagamaan masyarakat pada sosok Habib Lutfi bin Yahya (Habib NU), Habib Muhamad Ridho Assegaf (Habib Syiah) dan Habib 'Fulan' (Habib FPI). Teori yang digunakan dalam membahas buku referensi ini adalah relasi kuasa Michel Foucault dan Rekonstruksi Sosial Berger.
Terdapat relasi pengetahuan yang sama antara Habib NU, FPI dan Syiah yaitu sama-sama menjadikan relasi pengetahuan “ahlul bait, mujarabnya doa ahlul bait, dan lebih utama ahlul bait bodoh daripada non ahlul bait pintar karena sebodoh-bodohnya ahlul bait tetap mengalir darah Rasulullah Saw” sebagai bentuk kuasa mutlak untuk merekonstruksi sosial masyarakat 'pokoke nderek Habib' agar tidak salah jalan dan sesat meniti hidup dunia akhirat, hanya saja Habib NU lebih sering 'menjual' semangat nasionalisme, moderatisme dan shalawat untuk jargon relasi kuasa pengetahuannya, Habib FPI lebih berpola pikir puritan dengan Paradigma Integratif-Formalistik dan Paradigma Substansialistik dalam memahami ajaran Islam sehingga sering diundang dan diterima oleh ormas al-Irsyad dan Muhammadiyah yang cenderung puritan walau hanya sekedar memberikan doa. Sedangkan Habib Syiah lebih berpola relasi kuasa-pengetahuan dengan paradigm lama dengan isu hadis Ghadir Khum, pembantain Karbala, ma'sum-nya ahlul bait dan harta rikaz 1/5 sebagai basis untuk merekonstruksi sosial pengikutnya untuk melakukan internalisasi atau tindakan sebagai proses pengetahuan dan kepercayaan kepada pengikutnya yang kemudian melahirkan suatu sikap dan pola perilaku positif mengamalkan ajaran-ajaran agama berdasarkan keyakinan madzhab Syiah dalam kehidupan ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
Buku ini terbit pada bulan Januari 2023 dengan ISBN: 978-623-93863-1-3 oleh Penerbit Muntaha Noor Institute, Pemalang. Bagi para pembaca yang hendak memiliki buku ini dalam versi cetak, dapat menghubungi Contact penerbit.